Presiden harus dari jawa??

Kadang, diperbincangan politik dari skala kecil sampai skala masih, begitu membicarakan calon presiden dari luar jawa, tiba-tiba ada aja yang nyeletuk,”presiden tuh harus dari jawa!” mmmm... sebuah paradigma yang sudah kental di masyarakat, yang tidak jelas asalnya dari mana, apa esensinya, dan apa yang menyebabkan seorang presiden harus dari jawa?!

Hal ini tentu adalah hal yang secara tidak langsung terserap dalam masyarakat indonesia, yang bila kita refleksi kan lagi, akan timbul berbagai pertanyaan, Kenapa? Mengapa? Haruskah? Mayoritas orang tidak bisa menjawab, minoritas orang lainnya menjawab,”ya kan pemerintahan terpusat di jawa” atau “kan mayoritas penduduk indonesia berdomisili ke jawa” ckckck, sungguh jawaban aneh bila kita refleksi kan kembali. Kalau kita tangkap dari jawaban-jawaban tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk indonesia dari luar jawa menrantau ke pulau jawa. Memang dua kota besar indonesia (Jakarta,Surabaya), tiga kawasan industri yang dibuat pemerintah terdapat di Jawa. Hal ini lah yang membuat banyak orang pindah ke Jawa. Dengan berasumsi inilah para perantau meninggalkan kampung halaman dan keluarga untuk pendah ke Jawa karena dianggap banyak lapangan pekerjaan. Banyak pekerjaan kah? Enggak juga ah, banyak kok yang masih ngaggur di jawa, paling jadi TKI (tenaga kerja indonesia), hehe

Terus dengan realita di atas kita masih HARUS punya presiden orang jawa? Tidak ada jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan,”Kenapa harus orang Jawa yang jadi Presiden?”

Ya! Dengan asumsi Presiden harus wong jowo, pemerataan di Indonesia tidak akan pernah terjadi! Hanya akan menjadi sebuah mimpi bahwasanya kota-kota besar seperti pontianak, padang, riau, bisa menjadi kota-kota seperti Surabaya, dan Jakarta, yang bisa memperkerjakan berjuta-juta orang dalam sehari. Artinya jangan pernah berfikir kesejahteraan bisa merata!

Timbal balik akan di ambilnya Sumber daya alam yang terdapat didaerah luar jawa pun juga jangan berharap akan mendapat balasan yang setimpal. Para pekerja lokal didaerah tersebut hanya menjadi kuli dan saksi akan diambilnya kekayaan sumber daya mereka. Mereka pun hanya diberi upah kecil, sedangkan keuntungan besarnya di ambil untuk dipindah ke Jawa, khususnya Jakarta! Sungguh ironis untuk para buruh dari luar jawa. Sungguh kepedihan yang mendalam, begitu mereka melihat para investor di Jakarta berhura-hura dengan keuntungan mereka, sedangkan para buruh dari daerah penghasil sumber daya tersebut hanya mendapat sebagian kecil keuntungan. Sungguh jauh sekali kesenjangan sosial yang terjadi. Dijakarta para investor mendapat keuntungan besar dengan hanya duduk manis di kantor, sedangkan para buruh di luar jawa harus melawan terik matahari, menggali sumber daya mereka sendiri. Apa hal ini yang menyebabkan kita harus memilih Presiden dari Jawa? Membiarkan daerah diluar pulau jawa mengeruk Sumber Daya Alamnya tanpa mendapat timpal balik yang seimbang?

Tak heran, Papua, Aceh, dsb, ingin memerdekakan diri dari indonesia. Kita bisa bayangkan betapa sakit hatinya mereka melihat pembangunan di Jawa, sedangkan Infrastruktur di Daerah mereka belum terpenuhi. Ke-iri-an dari daerah luar jawa akan presiden harus dari jawa pun mengikis hati. Apa orang dari luar Jawa bodoh-bodoh sehingga sudah di-judge tidak bisa jadi Presiden RI? Lihat Sutan Syahrir, Bung Hatta! Mereka adalah punggawa-punggawa indonesia dulu. Bodohkah? TIDAK! Mereka adalah orang-orang yang berperan saat Negara Tercinta kita merdeka. Sekarang? Lihat Jusuf Kalla, Rizal Ramli, Hatta Rajasa, Fadel Muhammad, Antasari Azhar! Dan masih banyak lagi orang-orang pintar dari luar Jawa yang bila diberi kesempatan bisa memimpin Negeri ini.

Hilangkanlah paradigma aneh yang membuat kita harus terus mempunyai Pemimpin no.1 di Negeri ini berasal dari Jawa. Kesejahteraan, Pembangunan, dan Kemerdekaan indonesia tidak bisa menyebar secara merata. Dari Sabang sampai Marauke, Sebagian besar orang Indonesia belum merasakan Kemerdekaan yang sesungguhnya. Hanyalah kaum elit yang baru merasakan, yang lainnya hanyalah mendapat penindasan tipe baru. Hilangkanlah paradigma aneh, kita tidak harus memilih presiden dari jawa kalau kita punya calon presiden lain dari luar jawa yang lebih kompeten. Dengan begitu, cita-cita bangsa Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika dapat terus kita pertahankan!

Komentar

Anonim mengatakan…
emangnya cuma orang jawa yang bisa jadi presiden?? bikin aja negara jawa kalo gitu!!
ChopperZilla Rendezvouz mengatakan…
bayangin aja semenjak otonomi daerah..

provinsi terkaya d indonesia bukan dari jawa contoh kaltim dan riau..

bayangin klo mereka disintegrasi, bisa2 provinsi ini seperti ketika singapura pisah dengan malaysia..

mereka jauh lebih berkembang dr negara asalnya..