9 April 2009 dan Analisis Sang Amatir

Perjalanan Pulang

“Seharusnya negara tahu perjuangan saya pulang kampung untuk mencontreng!” saya rasa ini kata-kata yang tergambar dikepala saya melihat kota Bandung yang sepi akan mahasiswa, terutama ITB. Mahasiswa ITB itu terdiri dari berbagai etnis, suku, bahasa, dsb. Jadi jikalau ada hal yang mendesak, tidak sedikit dari mereka yang akan melewati gunung jikalau harus pulang kekampung halaman (Jakarta juga men!). Yaa saya berani mengatakan kalau anak ITB yang pulang kampung itu diatas 40%, bahkan mungkin setengahnya, terlebih jumatnya juga libur, jadi libur 4 hari men! HAHAHAHAHA. Hmm sama-samalah kita bayangkan bagaimana perjuangan teman2 kita yang sampai pulang kerumahnya untuk mencontreng pada pemilu legislatif 9 April 2009 (sebenernya sih mau liburan juga!). Jadi, kalau ada pemimpin pemerintahan yang ngk bener pantes ajalah kalau mahasiswa marah2, mereka terpaksa pulang dengan perjalanan yang jauh gtu buat nyontreng. Nah bapak2 yang dipilih, kalau sudah jadi pemimpin negara yang amanah ya! Jangan buat kami yang harus pulang dengan perjalanan jauh ini kecewa ^^

Tanggal 9 April 2009

Beuh! Terkesima pisan siah lihat jalan-jalan bersih sih sih dari atribut partai, sampai bingung sendiri gw, kayaknya sebulan yang lalu (pas gw balik ke Jakarta) itu jalan ke rumah gw masih banyak bgt atribut partai, sekarang--------------Sim salabim, abracadabra! siiiiiiinnggg! Wuih hebat! Bersih men jalanan dari atribut partai! (terkesima)

Eit ntar dulu nih, saya jadi penasaran untuk mengecek apakah atribut2 dan foto2 para caleg di jalan raya yang membuat polusi visual itu bermanfaat saat 9 april? Sekiranya inilah percakapan yang saya dengar:

Seorang ibu di TPS 11 (Tempat gw memilih) : ‘pak pilih siapa?”

Seorang bapak yang baru saja memilih : ‘tau deh, bismillah aja sambil merem pilih yang mana!’

Loh!! Ya ampun ngk ngefek men ternyata atribut2 partai tersebut! Yaa mungkin karena banyaknya pilihan jadi bingung sendiri (meniru iklan produk rokok tertentu)

Dikepala gw ada 2 kemungkinan, pertama pilih asal-asal seperti bapak tadi, kedua, pasti partai berkuasa yang dipilih! Daripada repot kan yaa..dan kemungkinan kedua gw ternyata bener!

Wah hebat pisan! Democrat memimpin urutan pertama dengan 25%! Tanpa koalisi sudah cukup untuk mengantarkan SBY jadi calon presiden di 9 Juli 2009! Hebat2! Ckckckkck

Urutan ke-2 PDIP, wah ini yg saya kagetkan, kayaknya baru2 saja beredar di Facebook, say no to megawati, baru beberapa hari peminatnya sudah puluhan ribu, beuh! Gila! Awalnya saya pikir suara PDIP akan jatuh, eh ternyata ngk juga yaa… malah meninggi! Hmmmm..

Tapi saya punya analisis sendiri akan persaingan calon presiden :

Kalau nanti SBY lawan Mega, yang menang SBY!

Jadi, menurut saya ada 3 hal yang diperlukan untuk meramaikan pemilu presiden RI nanti (apalgi untuk mereka yang ABS)

1. PDI-P Harus sadar kalau rakyat tidak menginginkan Mega menjadi Presiden.

Dulu dalam internal PDIP hanya sekitar setengah kuorum yang mendukung bu mega jadi capres dari PDIP 2009-2014. Artinya dalam internalnya saja sudah banyak yang meragukan kalau mega bisa menjadi Presiden RI. Lalu, apabila mega menyaingi pak SBY, tentu rakyat akan menilai lebih enak di jaman siapa karena keduanya sudah pernah jadi presiden.

2. Partai-partai besar mendekat kepada Demokrat

Ada gula, ada semut. Ya sekiranya begitulah tingkah laku parpol kita. Saat pemilihan gubernur di Jakarta, hampir semua parpol mendukung bung poke, hanya satu partai yang mendukung bung adang. Hal ini terjadi lagi di Bandung saat pemilihan walikota, dan pemilihan di Jawa Timur. Dan hal ini nampaknya akan terjadi lagi di pilpres. Semua partai berebut mendukung demokrat. Yah sekiranya nanti hanya partai-partai kecil saja yang mendukung lawan dari demokrat. Yaa mudah-mudahan partai-partai kecil itu sanggup memenuhi angka 25%, kan gawat juga kalau ngk sampe, ntar SBY maju jadi presiden tanpa saingan, AHAHAHAHA. Tapi didukung banyak partai besar ngk terlalu berpengaruh. Lihat saja fauzi bowo ataupun dada rosada. Sudah beberapa tahun pembangunan biasa saja.

3. Pilpres itu memilih tokoh, bukan partai

Beda dengan pemilu legislatif yang sekarang. Kalau kita tidak mengenal calegnya, kita bisa pilih partainya. Kalau nanti pilpres, kita sudah tidak mempedulikan partainya saat memilih. Mungkin capres ini didukung oleh partai A,B, dan C. Tapi kalau karakter dari tokoh ini tidak sehebat capres yang didukung 1 partai, mungkin capres yang didukung 1 parpol ini akan menang! Yaa paling hebat sih kalau karakter capres pas, dan partai yang mendukung banyak. Sekarang siapa saja yang bisa menyaingi SBY untuk meramaikan pemilu. Mega? Pasti kalah (dipasangkan dengan siapapun juga. JK? Pasti kembali ke SBY. Prabowo? Ada stigma, masalah dimasa lampau, sulit jadi presiden! SB? Wah orang ini belum dikenal dengan baik di masyarakat. Wah sulit memang menandingi karakter SBY! Tapi saya bukan seorang anti-SBY atau ABS ya, hanya saja kalau pemimpin yang dalam perjalanannya menjadi pemimpin tidak memiliki saingan, maka kapabilitas dari pemimpin tersebut akan kurang baik, mau bukti? Saya punya segudang bukti akan hal tersebut :)

Komentar

Alvian Chris Pradana mengatakan…
Apabila Anda terdaftar sebagai peserta pemilih tapi tidak memilih berarti Anda sudah menghaburkan uang negara sebesar 77.743 rupiah / orang yang tidak memilih.