pendidikan

Pendidikan, dalam tata bahasa, berasal dari kata didik ditambah imbuhan pe-an yang berarti sebuah proses. Dalam KBBI, pendidikan sama dengan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam filsafat, pendidikan artinya memanusiakan manusia. Pendidikan adalah proses, proses untuk mengubah ketidaktahuan menjadi tahu, ketidakmampuan menjadi mampu, ketidakhandalan menjadi handal. Yup! Itulah pendidikan. Sebuah proses untuk mencari kebenaran ilmiah, dan akhirnya menjunjung kebenaran itu setinggi-tingginya guna mencerahkan umat manusia dari gelapnya kebodohan.

Pendidikan adalah sakral, tidak dapat diganggu gugat. Adalah salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia, terlebih dalam memaknai kehidupan. Ketika manusia itu hidup tanpa pendidikan, berarti ia diibaratkan seseorang yang tidak memiliki kaki dalam suatu perjalanan. Dan ketika ia tidak memiliki kaki, ia tidak akan bisa sampai ke tempat yang ia mau. Bahkan mungkin ia tidak memiliki tempat yang ia tujukan. Analogi ini rasanya pas untuk semua manusia di muka bumi yang mengesampingkan pendidikan. Semua hal untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia berawal dari pendidikan, terlebih pendidikan kedaerahan yang sangatlah penting untuk memajukan Indonesia. Pendidikan kedaerahan adalah pendidikan yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat seseorang belajar, sehingga diharapkan dapat memajukan daerah tersebut.

Ketika pendidikan dapat mengubah ketidaktahuan menjadi tahu, ketidakmampuan menjadi mampu, ketidakhandalan menjadi handal, berarti seseorang tersebut harus mengetahui apa yang ia tidak ketahui dan ingin ia ketahui. Secara tulus, tanpa paksaan. Karena ketika manusia tersebut sadar akan apa yang ia butuhkan dan ia akan belajar dengan sungguh-sungguh dan mungkin akan terus mengejar sampai menjadi sang ahli. Dan pada dasarnya, fungsi seorang guru bukan hanya mengajar, tetapi juga menyadarkan kepada anak muridnya tentang visi hidup dan ‘perangkat’ apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai itu semua. Setelah dasar dari itu semua sudah tertata dengan rapi, barulah kemudian sang murid dapat menyusun rencananya dengan matang akan hal-hal apa yang harus ia pelajari. Oppurtunis memang, belajar apa yang dibutuhkan. Tapi lebih efesien untuk menjadi seorang yang ahli dibidangnya. Bayangkan ketika tercipta beberapa ahli dibidangnya, walaupun tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit pengetahuan akan bidang lainnya. Akan terjadi keseimbangan dunia. Misalnya seorang arsitek hanya dapat merancang bangunan, seorang planner merencanakan ruang tempat bangunan tersebut, insiyur sipil membuat bangunan tersebut menjadi kokoh, sarjana elektro, teknik fisika, dan mesin mungkin membuat teknologi pada bangunan tersebut. Akan terjadi korelasi, menyeimbangkan satu sama lain. Selain itu pendidikan yang baik adalah pendidikan yang pas akan tempat ia berdomisili, pendidikan kedaerahan yang sudah disebutkan di awal. Sebagai contoh, seorang anak petani, lebih baik belajar memajukan pertanian, bukan untuk menjadi petani lagi, tapi mencari pendidikan untuk menjadi petani yang lebih baik, petani berdasi mungkin. Petani berdasi ini bukan hanya meneruskan apa yang dilakukan ayahnya, tetapi membangun teknologi yang dapat memproduksi hasil tani lebih baik atau menjadikan pekerjaan tani menjadi lebih mudah, atau mungkin meningkatkan komposisi kompos agar tanaman yang ditanam menjadi lebih subur. Jadi ketika setiap orang dapat memajukan daerahnya masing-masing, maka negara Indonesia pun akan semakin maju. Ingat! Daerah kuat, bangsa kuat!

Pendidikan sebenarnya dapat didapat dimana saja, tapi pastilah ada tempat dimana khusus untuk belajar yang kita sebut sekolah dan perguruan tinggi. Sekolah yang ideal adalah sekolah yang kurikulum belajarnya sesuai dengan lingkungan sekolah tersebut. Seperti yang disebutkan diatas, misalnya daerah pertanian lebih baik kurikulumnya banyak difokuskan untuk meningkatkan potensi dan produksi pertanian. Dan perguruan tinggi yang ideal adalah perguruan tinggi yang terus melakukan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, yang sesuai dengan kondisi bangsa. Kembali contoh negara Indonesia yang agraris, sebagaimanaharusnya dilakukan penelitian untuk memajukan pertanian Indonesia.

Realita pendidikan yang ada saat ini tidaklah sebegitu ideal seperti yang diutarakan diatas. Buktinya, ketika menjajaki sekolah dasar, seorang siswa sudah dicekoki dengan bermacam-macam pengetahuan, yang terkadang pengetahuan tersebut terlalu berat untuk seorang anak Sekolah Dasar. Lanjut ke Sekolah Menengah Pertama, kembali pelajaran yang banyak tersebut membebani kepala siswa. Seorang siswa dituntut untuk mengerti semua hal yang umum tersebut. Bahkan diakhir kursi Sekolah Menengah Pertama ini sudah diharuskan untuk mengikuti ujian nasional, yang tingkat kesulitannya sama disetiap daerah. Bayangkan daerah di Dompu, Nusa Tenggara Barat, mendapatkan soal yang tingkat kesulitannya sama dengan sekolah-sekolah menengah pertama di DKI Jakarta. Tidak sedikit dari mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Umum. Dan bahkan, ketika mereka sudah tidak sekolah lagi, hanyalah ilmu membaca, menulis, dan berhitung saja yang mereka pakai untuk mencari uang. Selebihnya tidak! Hanya sedikit yang dipakai. Artinya, pelajaran-pelajaran yang umum seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dll. Tidak lagi dipakai mereka untuk menafkahi dirinya masing-masing. Jadi, dapat ditarik dari situ, pendidikan di Indonesia hanyalah mempelajari ‘kulit’nya saja, dan akhirnya waktu pun terbuang sia-sia selama duduk di kursi Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Dan karena waktu belajarnya dipakai untuk pelajaran yang akhirnya hanya punya sedikit manfaat, pelajaran-pelajaran untuk memajukan daerahnya pun terbengkalai (bahkan mungkin tidak dipelajari sama sekali). Janganlah berharap daerah-daerah apalagi negara kita dapat maju dengan pendidikan yang seperti ini! Pendidikan yang pada akhirnya tidak bermanfaat untuk memajukan daerah dan bangsanya!


Komentar

Anonim mengatakan…
jiah,,tugas diklat diaplot..
hahaha..
nice post broo..