Dari Aksi 100 Hari SBY-Boediono Sampai Kemahasiswaan ITB

Sejak masuk ITB, gw sering (yaa.. enggak sering2 banget sih) ikut sama yang namanya AKSI. selain gw memang sependapat kalau saat ini hanyalah dengan aksi mahasiswa dapat bertindak untuk merubah kebijakan selain memiliki link di pemerintahan.

Oke, gw mau cerita tentang aksi kemarin, tanggal 28 Januari 2010, atau tepat dengan 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Di-awali dengan kumpul di lapangan basket ITB, lalu pergi ke leuwi panjang secara berkelompok, dan tiba di masjid UI sekitar pukul 3 pagi dan beristirahat malam. Esok siangnya kami lagi-lagi mendapat kendala dari pemerintah yang menghalang-halangi kami (mahasiswa/i UI dan ITB) untuk menyewa bus menuju Bunderan HI. Sesampainya di HI kami langsung membuat border dan gw bingung juga disitu kenapa bordernya bergerak-gerak lari, padahal lantainya licin dan emang bahaya kalau dibuat lari2 dengan berpegangan tangan. Setelah sholat dzuhur, UI dan ITB melanjutkan kembali ke bunderan HI, lalu pecah! karena kesepakatan yg ada, ITB melanjutkan ke Istana, beberapa BEM Fakultas UI lanjut ke KPK.

Long march yang melelahkan karena sangat panas, uwaaaahhh! emang deh Jakarta panas bener, bahkan baju dan celana gw yg basah karena diguyur air bunderan HI pun kering seketika. Di akhir2 ketika hendak sampai ke Istana, si putu ngasih gw toa, dan gw coba bakar semangat teman2 gw dengan menyanyikan lagu2 kampus dan mahasiswa! SEMANGAT TERBAKAR, DAN TERUS TERBAKAR KETIKA SAMPAI DI ISTANA, aksi sekitar 20 menit di depan barikade polisi pun sukses dengan damai, beberapa media meliput aksi kami.

Ya, itulah perjuangan, ketika orang2 belum tersadar, beberapa dari kami yang sadar akan kesalahan2 pemerintah pusat dalam 100 hari baktinya pergi ke Jakarta. Alhamdulillah gw senang dengan aksi ini, dan ada beberapa yg gw dapet dari aksi ini, dan paling utama yg gw dapet adalah ketika gw tersadar kalau kemahasiswaan UI sudah maju satu langkah di banding kemahasiswaan ITB!

Ada hal yg sangat gw pehatikan dari 'buah makara' dibanding dewa ganesha. Ketika hendak melakukan aksi, si kuning dengan BEM fakultasnya melakukan kajian terlebih dahulu, lalu menggabungkan antar BEM dan membentuk satu kajian di BEM pusat UI. Hal ini lebih mudah dilakukan karena tiap BEM fakultas memiliki divisi sospol masing2. Arogansi BEM fakultas UI melawan BEM pusatnya pun lebih mendasar karena memiliki kajian sendiri. Hal ini gw lihat ketika beberapa BEM fakultas UI melanjutkan aksinya ke gedung KPK, dan imaddudin, presiden BEM UI, hanya terdiam melihat beberapa BEM fakultasnya lanjut ke gedung KPK.
Sedangkan di kampus UI Bandung sekarang, gerakan untuk aksi lebih sulit dilakukan karena lembaga untuk mengkaji pergerakan hanya sedikit, seperti PSIK dan kalau himpunan yaa menurut gw hanya HIMAFI, yaaa alhamdulillah aja sekarang ada departemen sospol yg dipimpin si Ilham GL'05 yang doyan aksi sehingga gerakan2 KM-ITB lebih terlihat. Sulit rasanya untuk membandingkan arogansi BEM fakultas UI dengan himpunan2 di ITB, yg bagi gw arogansinya rada enggak jelas, hahahahaha, sory yaa kalo ada yg tersinggung :)

Yaa, gw senang dengan aksi tanggal 28 Januari ini, dengan sangat amat senang gw posting tulisan ini dibanding tulisan2 lain yg ingin gw buat (sebenernya gw pengen posting tentang liburan ke Pamengpeuk bareng teman2 HMP'08 dan cerita reunian SMAN 42 kemarin, hahahahha). Gw rasa perjuangan ini musti terus dilakukan, departemen sospol di kabinet KM-ITB juga musti terus ada, dan bahkan kalau bisa ada divisi sospol atau yaa lebih sederhana seperti divisi kajian strategis-kastrat- yg bisa membantu pergerakan ITB keluar. Dan kemahasiswaan ITB kedepannya akan bisa mengejar ketertinggalannya dari kemahasiswaan UI dari segi pergerakan seperti yg gw paparkan sebelumnya. AMIN

Komentar

Anonim mengatakan…
wah,saya kesindir nih,
kemaren saya gak ikut aksi,
malah 'cuma' menunaikan kewajiban kepada orangtua,
yaitu berangkat kuliah..

tetap semangat bro,
suruh dewa ganesha memakan buah makara,
sehingga lebih besar daripada buah itu sendiri..
hehe..
paskalp mengatakan…
Memang kita seharusnya malu. ITB yang semua jurusannya sudah satu kampus saja masih terkotak-kotak. Anak Depan lah, belakang, orang timur dll. UI yang begitu besar & beberapa fakultas terpisah bisa bersatu.


Mungkin jawaban gw ttg kenyataan ini memang arogansi yang tidak jelas. Bukan nyebut diri sendiri cuma memang kan orang yang pintar cenderung sangat arogan. Di itb kan bnyak orang pintar (Gak semua hehe)makanya mungkin susah.

Apalagi orang2 ini tumbuh di himpunan yang pada awal ITB ber-demokrasi berjalan sendiri2 tanpa koordinasi terpusat makanya terciptalah pikiran2 yang terkotak-kotak.


Kalo gw orang penting itb dam, mungkin yang gw lakuin ialah ttg perbaikan senator2an itu yang katanya saat ini lagi hot2nya dirintis. CUMA sayangnya, yang gw liat kok mahasiswa terpusat sendiri didominasi orang2 yang tidak bisa diajak jalan bareng (Yang suka nyinggung depan-belakang itu loh), nah ini nih. Mungkin kembali lagi ke jawaban pertama gw, arogansi tiap mahasiswa itb yang memang tinggu

Gitu aj komen gw dam, salam
Oya, ajak2 gw ke psik dong kalo lagi acara
sawung mengatakan…
dam, jadi gabung sama FAM gak kemaren?
Adhamaski Pangeran mengatakan…
@sawung
jadi wung! bareng BEM UI juga