Komunikasi Socrates

Suatu hari,
Socrates bertemu dengan Meno, sahabat lamanya, di sebuah kios ikan pasar di kota Athena,Yunani. Begitu senangnya, sehingga mereka lama berpelukan. Sokrates kemudian mengajak Meno untuk beristirahat di sebuah rumah dekat pasar sambil sekaligus berteduh.

Socrates (S) : "Apa yang sedang kau lakukan saat ini, wahai Meno saudaraku?"
Meno (M) : "Aku sedang menjajagi untuk membuka kios usaha di Megara, Socrates. Makanya aku berkunjung ke Athena untuk melihat bagaimana mereka mengelola kiosnya dan barang-barang apa saja yang dapat ku ambil dari sini."

S: "Oh begitu. Bukankah engkau sudah punya ladang gandum yang begitu luas dari ayahmu? Apa itu tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhanmu?"
M: "Tidak Sokrates. Itu belum cukup bagiku. Aku ingin lebih dari ayahku. Ingin seperti Kranos, saudagar terkaya di Megara. Dia hidup sangat senang dengan semua kemewahan yang ia punya."

S :"Hidup sangat senang? Bisa kau berikan keterangan yang lebih jelas lagi wahai Meno?"
M :"Kau memang tidak tahu apa artinya hidup mewah Socrates. Kranos itu punya segala-galanya. Budak yang ia punya lebih dari 40 orang. Perempuan pun suka padanya. Tidak kurang dari belasan perempuan hilir mudik datang ke rumah Kranos tiap harinya. Merayu untuk menjadi istrinya. Rumah itu amat megah. Berdiri kokoh dengan tiang granit dan lantai batu pualam. Tidak cukup sampai di situ, ia, Kranos, juga memiliki 4 kereta dan 10 ekor kuda. Itu hebat Socrates. Itu baru namanya hidup."

S : "Terus, apa hubungannya antara hidup sangat senang dan hebat? Apakah kalau kita hidup dengan hebat maka akan hidup dengan sangat senang?"
M :"Itu betul Socrates. Kita akan hidup sangat senang kalau kita hidup dengan hebat. Makanya aku datang jauh-jauh ke Athena agar bisa belajar dan mendapatkan pengetahuan yang lebih daripada Kranos. Aku akan menjadi lebih hebat dari Kranos tentunya."

Di tengah percakapan ini, seorang anak kecil bersama ibunya lewat di depan mereka. Anak itu sangat senang sekali karena ibunya membelikan ia permen gula. Ia jalan berjingkat-jingkat kecil dengan satu tangan menggenggam permen gula dan tangan lainnya memegang tangan si ibu.

S : "Kau lihat anak kecil itu wahai Meno?"
M : "Ya Socrates. Memangnya ada apa?"
S :"Tadi anak kecil itu begitu senangnya. Tidakkah itu juga hebat Meno?"
M : "Hebat apanya Socrates? Menurutku, itu wajar saja. Setiap anak yang diberi permen gula tentu akan merasa sangat senang."
S :"Jadi, kau menganggap kalau hebat itu tidak identik dengan rasa senang?"
M :"Maksudmu apa Socrates?"
S : "Tadi kau mengatakan kita akan hidup sangat senang kalau kita hidup dengan hebat. Bukankah itu sama dengan mengatakan bahwa rasa senang itu identik dengan hebat? Artinya, kalau kita hidup dengan hebat, itu akan membuat kita hidup senang. Bukankah begitu wahai Meno sahabatku?"

Meno bingung dengan pertanyaan dan kata-kata Sokrates. Ia mulai kehilangan kata-kata.

M : "Iya, mungkin, Sokrates."
S :"Kenapa mungkin? Kalau rasa senang itu identik dengan hebat, maka anak kecil yang tadi mendapat permen gula itu pun bisa kita bilang hebat Meno. Hanya dengan sebuah permen gula yang kecil, ia bisa merasa sangat senang."

Meno akhirnya tak mampu berkata-kata. Ia merasa terpojok dengan ucapan Socrates. Hanya dengan contoh kecil saja, Socrates telah membuat lamunannya yang ia bangun selama bertahun-tahun menjadi sia-sia.

S : "Aku tidak melarangmu menjadi hebat atau melebihi kehebatannya Kranos, wahai Meno. Aku ingin kamu menentukan tujuan hidupmu menjadi hebat bukan semata-mata karena melihat orang lain."

Setelah itu, Socrates menepuk pundak Meno, lalu mengajaknya pergi bertandang ke rumahnya untuk sekadar bersantap ala kadarnya. Meno mencari temannya terlebih dahulu
dan mereka bertiga menuju rumah Socrates.

Hal yang ingin gw sampaikan pada cerita diatas adalah tentang cara komunikasi Socrates, ketika beliau melontarkan pertanyaan-pertanyaan, hingga lawan bicaranya (dalam cerita ini adalah si Meno) tidak dapat berkutik dan menyadari jikalau ilmu pada diri manusia adalah sedikit. Memang dengan komunikasi yang seperti ini socrates banyak pula dibenci oleh lawan-lawannya, tapi itu adalah tanda, tanda bahwa socrates,sang pembicara ulung dan filsuf disegani oleh banyak orang. Selamat belajar dari socrates! sering-seringlah bertanya tentang dunia ini!)

Komentar