Teori Pengetahuan

Teori pengetahuan sebenarnya adalah salah satu cabang dari struktur filsafat, selain teori hakikat dan teori nilai. Teori pengetahuan ini membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan. Sehingga lebih banyak berbicara tentang hakikat pengetahuan, cara berpikir, dan hukum berpikir yang mana harus dipergunakan agar kita mendapatkan hasil pemikiran yang kemungkinan benarnya lebih besar. Berikutnya teori pengetahuan ini terbagi menjadi dua, yaitu epistemologi dan logika. Yumaree kita ulas satu per satu,

EPISTEMOLOGI

Epistemologi berasal dari kata yunani, yaitu episetme (pengetahuan) dan logy (teori), sehingga epistemologi berarti teori pengetahuan atau filsafat ilmu. Dalam epistemologi terdapat empat unsur, yaitu apa pengetahuan itu? apa sumber pengetahuan tersebut? dari mana pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya? apakah pengetahuan itu benar/valid?

Dalam epistemologi ini sumber pengetahuan manusia dapat terbagi menjadi 5 macam, yaitu empirisme, rasio, fenomena, intuisi, dan metode ilmiah.

a. Empirisme
John Locke, seorang bapak empirisme dari Britania mengatakan bahwa manusia dilahirkan akalnya merupakan jenis buku catatan yang kosong. Didalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Dan lebih lanjut lagi John Locke mengatakan, seluruh sisa pengetahuan kita peroleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama dan sederhana itu. Singkat cerita, pengetahuan yang didapat dengan empirisme ini lebih banyak dikarenakan pengalaman-pengalaman yang pernah dilalui, seberapa rumitnya pengetahuan dapat dilacakk dengan pengalaman-pengalaman inderawi.

b. Rasionalisme
Rasio berarti akal. Rasionalisme berarti suatu paham dimana sumber pengtahuan berasal dari akal. Rene descartes, bapak rasionalisme berusaha menemukan kebenaran yang tidak dapat diragukan, sehingga memakai metode deduktif (kesimpulan ditarik dari premis-premis umum) untuk menyimpulkan pengetahuan. Seorang rasionalis tentunya mengakui bahwa kebenaran-kebenaran yang dikandung oleh kesimpulan-kesimpulan yang jumlahnya sama banyaknya dengan kebenaran-kebenaran yang dikandung oleh premis-premis yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan tersebut. Dan seorang rasionalis pastilah memandang pengalaman sebagai salah satu alat bantu dari akal, karena menurutnya pengetahuan berasal dari akal pikiran.

c.Fenomenalisme
Fenomenalisme adalah sebuah paham untuk mencari pengetahuan berdasarkan gejala yang terjadi. Seorang Immanuel Kant, bapak fenomenalisme membuat uraian tentang pengalaman, bahwa sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Dan karena itu pula, seorang fenomenalis tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu yang terjadi seperti keadaannya sendiri, melaikna hanya tentang sesuatu yang menampak, dan inilah yang disebut dengan gejala.

Immanuel Kant mengemukakan tentang fenomenalis, karena mengkritik salah seorang pemikir yang mengkritik sumber ilmu pengetahuan berasal dari hal yang bersifat empiris dan rasional. Karena menurut Kant, seorang empirisme benar apabila pengetahuan didasarkan pada pengalaman, meskipun hanya sebagian dan seorang rasionalis juga benar, karena akalnya memaksakan bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.

d.Instuisionisme
Intuisi adalah hal yang bersifat alamiah, pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analitis dan memberikan kepada kita keseluruhan yang bersahaja, yang mutlak tanpa suatu ungkapan, teremahan atau deskripsi secara simbolis.

Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan perasaan.

Menurut Henry Bergson,filsuf asal Prancis, intuisi adalah suau sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Seorang instuisif memperoleh pengetahuan dengan cara mengetahui beberapa bagian dari suatu peristiwa namun tidak mengalami keseluruhannya.

e. Metode Ilmiah
Ada suatu perbedaan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat, jikalau ilmu membicarakan kenyaataan yang sebenarnya, maka filsafat bicara tentang bagimana cara memperoleh jawaban. Sehingga munculah metode ilmiah sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan.
Metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan dan berakhir dengan pengamatan pula. Sehingga pengamatan adalah hal yang nisbi/pasti terukur.

Dalam metode ilmiah ini kita akan mengenal sebuah hipotesa. Hipotesa berarti usulan penyelesaian yang berupa saran dan sebagai sebuah konsekuensi yang harus dipandang sementara dan memerlukan verifikasi dan biasanya akan memungkinkan adanya sejumlah saran. Dalam prosesi menemukan hipotesa, dikatakan bahwa kegiatan akal bergerak keluar dari penglaman yang ada, mencari bentuk, dan didalamnya terdapat fakta-fakta yang telah diketahui dalam menyusun kerangka tertentu. Dan berharap bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan cocok dengan hipotesa yang dibangun (proses verifikasi). Ramalah terhadap hipotesa dimulai dengan ramalan yang dilakukan secara hati-hati,sistematis,dan dengan sengaja terhadap ramalan-ramalan yang disimpulkan dari hipotesa tersebut.

LOGIKA

Logika berasal dari bahasa yunani, yaitu logike (kata sifat), yang berhubungan dengan kata logo yang artinya pikiran atau kata sebagai pernyataan dari pikiran itu. Logika secara terminologi berarti ilmu yang memberikan aturan berpikir yang valid. Pokok-pokok pada persoalan logika adalah pemikiran dan beberapa proses membantunya. Ilmu dengan cara yang sistematis mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat berpikir valid dan menghindari kesalahan-kesalahan yang terjadi. Ilmu ini memberikan norma-norma atau gagasan-gagasan, yaitu gagasan kebenaran dan mencoba mengetahui syarat-syarat untuk mencapai gagasan kebenaran tersebut. Contoh mudahnya adalah, A seorang mahasiswa ITB, mahasiswa ITB terbiasa berpikir sistematis, berarti argumen yang dibangun adalah A adalah orang terbiasa berpikir secara sistematis.

Sumber gambar: http://listas.20minutos.es/lista/cual-es-el-personaje-mas-amirado-de-la-historia-331486/


Aristoteles adalah seorang yang mengembangkan cabang filsafat logika. Menurutnya, logika digolongkan kebenaran dalam teori pengetahuan. Logika menampilkan norma-norma berpikir benar untuk membentuk pengetahuan yang benar.


**diambil dari berbagai sumber, baik bacaan maupun pengetahuan pribadi

Komentar

Anonim mengatakan…
dari kelima itu, mana yang pasti benar?
Adhamaski Pangeran mengatakan…
tergantung dari sudut pandangnya apa dan cari apa