Naik kendaraan umum

Hari ini survey lagi di DKI Jakarta dan berutungnya gw hari ini adalah Jakarta lagi panas sepanas-panasnya sampai-sampai gw kira neraka lagi bocor haha padahal kalau BMKG memang pada minggu2 ini posisi matahari sedang mendekati titik garis equator atau sedang dekat di atas langit Jakarta. Dan beruntungnya lagi  hari ini ditengah panasnya terik matahari, mobil gw satu2nya dirumah akan dipakai sama papa buat ketemu orang dan dengan kata lain gw enggak bisa pakai mobil untuk siurvey. Beeeuhh sayang seribu sayang cowo jantan enggak boleh manja, para pendaki juga cuma modal keberanian dan tenaga bisa sampai ke puncak gunung, masa Jakarta yg udah dibawah garis pantai aja bisa manja. Yes alhasil naiklah gw busway atau trans jakarta....

Gw naik angkot dari rumah kemudian sampai ketemu shelter busyway baru deh naik busway. Gw jalannya agak siang biar enggak bareng sama orang-orang yang mau berangkat kerja dan mau sekolah, males juga pas peak hours kan. Tapi sialnya pas pulang gw kehabisan ide buat nongkrong dimana sehingga harus pulang naik busway pas peak hours hahaha.

Ada perasaan yg berbeda ketika gw harus survey di Jakarta bawa mobil pribadi dengan naik kendaraan umum. Emang lebih enak bawa mobil sendiri, ya selain gw berubah jadi lebih ganteng ketika dipandang sama cewe2 matre Jakarta haha ya enak aja kan pakai ac dingin ditengah kepanasan Jakarta, bisa dengerin 101.0 Jak.FM, bisa tidur2an juga kalau lagi santai. Yaa bedalah ya kalau naik kendaraan umum, udah Jakarta panas makin panas kan kalau kita enggak duduk deket jendela, musti ngantri atau nunggu kendaraan umumnya dateng, udah gitu orang-orang yg naik kendaraan umum itu beragam, mulai dari anak bocah sampai orang dewasa, mulai dari yg single, pacaran, sampai keluarga yang saling pegangan tangan jaga satu sama lain, mulai dari yg pakaiannya rapi macam bos sampai yg bergaya sok pengangguran (atau mungkin memang penangguran), dari yg bau parfumnya menyengat sampai yg bau keringatnya ngalahin harga bawang yg lagi naik hahaha. Tapi ya justru belajar asiknya naik kendaraan umum ya disana, enggak sekali gw liat ada orang dengan penampilan mewah naik kendaraan umum dan enggak jarang juga (paling sering) lihat orang dengan ekonomi kelas menengah sampai bawah naik kendaraan umum juga. Dan disanalah kita jadi bisa belajar menghargai sesama manusia, enggak ada bedanya lo sama orang sebelah lo di angkutan umum, sama2 bayar kok, lo enggak bisa bayar lebih kemudian dapet fasilitas mewah di angkot atau busway; semua jadi sederajat; bahkan kalau lo adalah cowo jantan yaaa enggak bisa juga lo cuma duduk di angkutan umum padahal ada lansia, ibu2, yg lagi berdiri didepan. Ada tanggung jawab moral sebagai cowo untuk kasih kursi lo ke mereka. Mungkin lo bisa bilang duit didompet lo lebih banyak atau arloji lo lebih mahal dibanding lansia atau ibu2 itu tapi itu semua enggak ada artinya coy, semua sama didepan Tuhan dan semua jadi sama rata ketika lo berada pada angkutan umum bersama orang-orang lain bahkan tanggung jawab moral lo sebagai cowo jantan musti lebih tinggi dikit. Dan pembelajaran keseharian gini yg enggak akan bisa gw dapet kalau gw terus2an di Jakarta bawa mobil sendiri, justru keseharian bertarung sama macet dan ngebut2an di Jalan sedikit menggeser mental dan watak gw. Mulai dari jadi sering ngeluh dan marah2 sendiri sama kondisi karena terbiasa ngeluh dan marahin kemacetan (padahal jadi salah satu sumber macet), enggak mau toleransi karena rebut2an jalan dengan sesama mobil dan motor ditengah jalan, mau hidup enak terus karena terbiasa ditengah ademnya ac dan ditengah hujan Jakarta yg sering ada siang2, dan bahkan jadi harus sering bersitegang dan berantem sama orang gara2 sering kesel sama mobil/motor sebelah yg nyerempet mobil gw dikit haha yaa kadang2 gw jadi mikir mungkin ini kali ya salah satu faktor endogen kenapa konflik sosial makin hari makin sering di Jakarta, bukan cuma karena ada perbedaan kasta di Jakarta dengan naik kendaraan pribadi dan jalan kaki/naik kendaraan umum tapi ternyata waktu yang lebih lama dihabiskan di jalan itu membuat watak, mental, dan gaya hidup pun jadi berubah, jadi lebih emosian, suka ngeluh, enggak toleran dengan sesama dsb. Mungkin... belum ada penelitian ilmiah menyangkut hal ini gw enggak bisa bilang ini gaya hidup orang Jakarta yang makin hari makin banyak gunakan kendaraan pribadi dan menghabiskan lebih banyak waktu di jalan dibanding bergaul atau berkeluarga dirumah inilah yang menjadi penyebab pasti semakin meningkatnya konflik sosial di Jakarta.

Norak naik kendaraan umum

Tapi yaaa, pesan yg ingin gw sampaikan sederhana kok, waspadalah terhadap kendaraan pribadi dan waktu yg kau habiskan bersama kendaraanmu di jalan! waspadalah! waspadalah! karena mungkin waktak dan tingkah lakumu berubah karena itu... waspadalah! waspadalah!

Komentar