Rezim SBYnomics akan segera berakhir

SBYnomics adalah istilah yang di gunakan Faisal Basri dalam menggambarkan gaya ekonomi pemerintahan SBY. Dengan strategi Keep buying strategy yang dilontarkan presiden @SBYudhoyono pada hari tanggal 16 Agustus 2013 kemarin, diharapkan stimulus ini dapat mempertahankan ekonomi nasional dari perlambatan ekonomi global di tahun 2013 melalui daya beli serta penguatan pasar domestik.

Bukan tanpa sebab jikalau SBYnomics akan mengandalkan variabel konsumsi masyarakat untuk keluar dari krisis ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi yang dulu dibangga-banggakan oleh pemerintahan hari ini adalah pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada konsumsi masyarakat. Peningkatan jumlah kelas menengah dan daya beli masyarakat Indonesia-lah yang selama ini mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sekali lagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia bersama SBYnomics adalah pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh variabel konsumsi, bukan variabel investasi, pengeluaran dari pemerintah, maupun ekspor. Sehingga sangatlah wajar, ketika daya beli masyarakat naik dan produksi beberapa komoditas turun, isu impor dan kelangkaan komoditas pangan merebak ke permukaan masyarakat.

Pertanyaannya hari ini ialah: apabila selama ini pertumbuhan ekonomi kita bertumpu pada faktor konsumsi masyarakat, apakah konsumsi masyarakat dapat menjadi solusi keluarnya Indonesia dari dampak krisis global yang semakin terasa di dalam negeri? Jawabannya tidak! 

Variabel konsumsi masyarakat memiliki keterbatasan dibanding variabel lainnya. Konsumsi masyarakat di pengaruhi oleh pendapatan. Pendapatan masyarakat di alokasikan untuk konsumsi dan tabungan. Sehingga besarnya konsumsi masyarakat akan dipengaruhi oleh pendapatan (dalam bahasa ilmu ekonomi dinamakan marginal propensity to consume/MPC). Ketika pendapatan menurun, maka jumlah uang yang di alokasikan untuk mengonsumsi akan menurun (kecuali jika ada musibah, bencana, dsb yang mengharuskan adanya alokasi biaya besar). 

Setidaknya hari ini kita menghadapi tiga masalah inti. Masalah pertama adalah inflasi akibat administrated price inflation ketika mencabut subsidi BBM dan volatile food inflation akibat ulah kartel dan keterbatasan komoditas pangan menjelang hari raya iedul fitri. Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan naiknya suku bunga yang memungkinkan terjadinya kelambanan masuknya investasi.

Masalah kedua adalah defisit perdagangan yang di sebabkan oleh ketidakseimbangan ekspor dan impor Defisit anggaran menyebabkan cadangan devisa menurun, naiknya harga-harga produk akibat besarnya kandungan impor dalam industra di Indonesia, tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga mendekati Rp 11.000,- , dan defisit anggaran yang tergerus pembayaran cicilan hutang dengan dollar.

Masalah ketiga, kemajuan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa saat tidak diimbangi dengan kemajuan infrastruktur dan pemecahan masalah birokrasi. Akibatnya modal Indonesia untuk melakukan counter attack dalam keadaan tertekan hanya sedikit.
Kepemimpinan seseorang selalu di uji disaat sulit. Hari ini kepemimpinan Presiden SBY sedang di uji. Setidaknya tercatat nama-nama pemimpin kelas dunia seperti Shinzo Abe (Perdana Menteri Jepang) dan Ronald Reagan (Presiden Amerika Serikat) yang memimpin Negara dikala krisis ekonomi menjelma.  Kedua pemimpin disaat sulit ini menguji kepemimpinan mereka dengan gagasan yang mereka tularkan, Shinzo Abe akhirnya dengan Abenomics dan Ronald Reagan dengan Reaganomics.

Abenomics adalah grand design reformasi ekonomi untuk mengatasi kemelut krisis global 2008 dan stagnansi ekonomi sejak awal tahun-90an di Jepang. Abenomics terdiri dari tiga ‘panah’ utama. Panah pertama adalah kebijakan moneter yang agresif menargentkan inflasi sebesar 2%, depresiasi mata uang yen, serta kebijakan quantitative easing. Panah kedua ialah kebijakan fiskal yang ekspansif dalam bentuk pengeluaran pemerintah hingga 2% dari PDB Jepang. Panah terakhir ialah reformasi structural untuk meningkatkan daya saing jepang.

Reaganomics adalah istilah popular untuk kebijakan ekonom selama pemerintahan Ronald Reagan. Reaganomics dilandasi oleh aliran pemikiran ekonomi Supply Side Economics. Rumusnya antara lain ialah pemotongan pajak akan memicu rendahnya inflasi, merangsang tabungan, investasi, upaya kerja dan menurunnya angka pengangguran.

Keberhasilan dari abenomics masih dalam tanda Tanya karena prosesnya masih berlangsung hingga hari ini. Sedangkan Reaganomics tidak menyebabkan Amerika Serikat menjadi lebih baik. Dari kalangan pemikir ekonomi neo-keynes, Joseph Stiglitz, mengkritik Reaganomics karena menyebabkan terjadinya defisit anggaran Amerika Serikat. Dari sisi seberang neo-keynes, Milton Friedman pun pula mengkritik Reaganomics karena besarnya pengeluaran pemerintah untuk proyek “Star Wars” pemerintahan Reagan.

Sumber gambar: http://politik.kompasiana.com/2011/07/26/sby-pening-382791.html


Lalu bagaimana dengan akhir dari SBYnomics? Tahun ini adalah tahun terakhir kepemimpinan politik Presiden SBY. Awal-awal kepemimpinannya, sering sekali SBYnomics menina-bobo-kan bangsa ini dengan prestasi pertumbuhan ekonomi, kestabilan ekonomi ketika krisis global, masuknya dalam emerging countries, G-20, bahkan bualan-bualan bahwa tahun 2030,2050 nanti Indonesia akan menjadi Negara besar, dan nyanyain-nyanyian lainnya kebanggaan dari SBYnomics.

Tapi itulah pemimpin yang datang dengan pujian mungkin berakhir dengan cacian. Pertanyaannya  mungkinkah akhir tahun ini kita akan mengecap SBYnomics sebagai aliran ekonomi yang congak, rapuh, lamban, penakut, dan suka memberi harapan palsu?

Komentar