Coretan Perjalanan (bag.III)
Kalau hari ini kalian dihadapkan dengan dua pilihan: punya
jalur hidup yang lurus-lurus saja atau jalur hidup yang ada banyak belokan dan
tikungan bahkan U-turn; jalur hidup mana yang akan kalian pilih?
Itulah pertanyaan yang selalu terbenang dan menghantui
pikiranku. Sejujurnya aku pikir jalur hidupku masuk dalam klasifikasi normal
hingga lulus kuliah. Yang aku maksud dengan klasifikasi jalur hidup normal
adalah setelah lulus SMP, masuk SMA, setelah lulus SMA, belajar di universitas,
kemudian lulus kuliah dan dapatkan gelar. Jalur hidupku relatif tidak normal
hanya karena lulus kuliah lima tahun dan selebihnya normal. Dan aku akan jauh
lebih normal lagi jikalau setelah lulus langsung bekerja, menikah, dan mati
(mudah-mudahan) masuk surga. Ada orang yang katakan, paling enak itu hidup
mudah foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga. Walau tidak bisa foya-foya
dimasa muda, tapi sungguh, kehidupanku kemarin sangat beruntung. Sangat-sangat
beruntung!
Dalam perjalanan ini, mata ini sungguh terbelalak melihat
orang-orang sebayaku yang jalur hidupnya sangat penuh belokan, tikungan, putaran
U-turn, lampu merah, penilangan bermotif uang, dan bahkan jalur hidup yang
terkadang seperti jalur kereta yang masuk dalam terowongan, gelap. Ada orang
yang harus bekerja dari hari senin hingga hari jum’at, kemudian kuliah reguler
pada hari jum’at dan sabtu. Ada orang yang setiap pagi hingga petang bekerja,
kemudian malam harinya mereka kuliah. Ada orang yang harus menunda kuliahnya
selama satu hingga dua semester agar dapat bekerja mencari nafkah dan mendanai
kuliahnya pada tahun depannya. Ada lagi orang yang secara terpaksa harus
berhenti kuliah padahal punya keinginan yang kuat untuk belajar. Ada juga
orang-orang yang tidak kuliah tapi harus bekerja untuk menyekolahan
adik-adiknya. Dan tidak sedikit juga orang-orang yang setelah lulus SMA tidak
melanjutkan pendidikannya ke taraf yang lebih tinggi.
“Never let your school interfere your
education”
-Mark Twain
Dulu sewaktu kuliah terdapat regulasi yang sangat risih
didengar oleh kalangan mahasiswa. Regulasi tersebut adalah regulasi yang
bersangkutan dengan pendidikan. Mulai dari
UU no. 9/2009 tentang Badan Hukum Pendidikan sampai UU no. 12/2012
tentang Pendidikan Tinggi. Hampir seluruh regulasi tentang pendidikan tersebut
sebenarnya memiliki benang merah yang sama. Bagaiamana menjadikan lembaga
pendidikan lebih mandiri sehingga tidak akan ada/mengurangi suntikan dana yang
masuk dari pemerintah ke lembaga pendidikan. Dari perspektif bisnis, melakukan social
investment seperti memberikan
subsidi, jaminan sosial, layanan kesehatan, dan pendidikan, sama saja
melakukan inefisiensi karena belum tentu memberikan keuntungan ekonomis.
Untungnya pemerintah bukan pebisnis, instrumen fiskal bukan hanya untuk
efisiensi, tapi juga distribusi. Sehingga sangat wajar jikalau pemerintah
melakukan social investment untuk warga Negara. Tapi beda lagi ceritanya
kalau pemerintah tidak mau menyisihkan dana untuk masyarakat kebawah sehingga
pengeluaran semakin efisien dan volume dana yang berpotensi dikorupsi semakin
tinggi.
Dari kalangan mahasiswa tuntutan juga tidak banyak berubah,
yakni bagaimana pemerintah dapat menyediakan pendidikan yang murah, pendidikan
untuk rakyat, maupun pendidikan yang tidak terpengaruh oleh pasar dan
menjadikan manusia seutuhnya.
Fenomenanya hari ini ialah hanya ada macam orang yang bisa
masuk universitas unggulan,yaitu kamu berasal dari keluarga mampu atau sangat
pintar. Kalau kamu berasal dari keluarga mampu, berarti kamu dapat beasiswa ADB
(Ayah dan Bunda), sehingga kamu bisa mengambil kursus/les tambahan di SSC
(Sonny Sok Cerdas), GO (Galau Operation), dan berbagai macam tempat kursus
lainnya yang membutuhkan dana. Atau ya kamu sangat cerdas sehingga bisa
bersaing dengan kompetitormu lainnya untuk masuk universitas unggulan.
Nah, terus bagaimana dengan teman-temanku yang mereka bukan
berasal dari keluarga mampu dan juga tidak cerdas? Dan aku yakin orang-orang
yang seperti ini jumlahnya banyak di negeri ini. Dan bahkan bukan mereka tidak
berusaha, tapi bagaimana mau berusaha ketika kau sekolah SMA sembari mengajar
anak SMP atau bekerja lainnya untuk mendapatkan uang? Kapan waktu belajarnya
jikalau sedari kecil kau sudah harus bekerja?!
Sungguh makin lama makin geram sama Negara ini. Lembaga
pendidikan yang unggulan menerima murid yang paling cerdas, sehingga terus
menerus menjadi bahan bakarnya untuk mempertahankan eksistensinya sebagai
lembaga pendidikan yang unggul. Kemudian siapa yang menjadikan orang bodoh
menjadi lebih cerdas dan bermartabat dengan ilmu pengetahuan? Apakah mereka
yang (teman-temanku yang kurang beruntung, sebagaian besar anak muda negeri ini
yang bekerja siang bersekolah malam) mendapatkan pendidikan yang berkualitas
dan layak? Apakah orang-orang yang sejatinya cerdas memiliki akses untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga bisa mengubah hidup mereka?
Apakah kita bisa jadikan bangsa ini lebih bermartabat dengan ilmu pengetahuan??
Pertanyaan demi pertanyaan datang seperti jelangkung, tapi
tidak kita ketahui apakah akan ada jawabnya/tidak dan/atau apakah kita yang
jadi jawabannya?
Aku bagian dari orang yang hidup beruntung. Bisa sekolah di
lembaga pendidikan terbaik dan hidup normal. Tapi sayangnya tidak banyak orang yang
beruntung sepertiku.
Tulisan ini bukan hanya tentang seberapa berat dan
beruntungnya diri kita menjalani hidup. Bukan juga seberapa panjang, berapa
banyaknya belokan, seberapa gelap dan banyaknya kerikil yang kita jumpai dalam
jalur hidup kita. Tapi kenapa Tuhan berikan kita kesempatan hidup di dunia hari
ini? Kenapa IA tidak berikan kesempatan kita hidup 20, 50 tahun yang lalu atau
7 abad yang lalu? Kenapa Tuhan lahirkan kita di Negeri yang pemerintahnya di
caci-maki oleh rakyatnya sendiri? Dan itulah semua yang harus dicari, bukan
hanya jalur hidup mana yang kau pilih, tapi mau kemana kita harus pergi. Kita
yang pilih sendiri, mau buang-buang kesempatan hidup dengan muda foya-foya, tua
kaya raya, dan mati masuk surga atau muda berusaha, tua bijaksana, mati masuk
surga, dan Negara ikut sejahtera.
Salam hangat dari hujan deras di Jawa Timur
(bersambung)
Komentar
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut