Jakarta, kota gado-gado

Sunda kelapa, Jayakarta, Batavia, Jaccarta, Djakarta, hingga Jakarta

DKI Jakarta, satu-satunya kota yang memiliki status setingkat provinsi di Indonesia. Letaknya yang dekat dengan laut jawa menjadikannya sebuah daya tarik untuk para penjajah dan pedagang jaman dulu untuk berniaga dan bertukar barang, hingga Raden Fatahillah menduduki pelabuhan sunda kelapa pada 22 juni 1527 dan dijadikan hari itu sebagai hari ulang tahun kota Jakarta. Kota dengan mayoritas bersuku betawi ini juga merupakan ibukota negara Indonesia dengan segala fungsi pemerintahan berada didalamnya.

Menurut sensus penduduk, pada tahun 1971 penduduknya hanyalah sekitar 4,5jt jiwa namun sekarang setelah 40 tahun berlalu, menurut sensus penduduk pula penduduknya mencapai 9,5 juta jiwa. Kenaikan yang fantastis namun tidaklah begitu aneh ketika kita melihat banyaknya aktifitas didalamnya seperti fungsi ekonomi, pemerintahan, pendidikan, dsb. Naiknya jumlah penduduk dan berkembangnya aktivitas yang ada di kota Jakarta ternyata tidak sepenuhnya mendapatkan hasil yang baik, tak kunjung makin berhenti pula masalah-masalah yang ada di Ibukota, seperti kemacetan, banjir, urbanisasi yang tak terkendalikan, commuter dari bodetabek yang bekerja di Kota Jakarta, kian maraknya sektor informal, ketidakteraturan tata ruang, menurunnya jumlah RTH publik dan privat, pembangunan yang tidak tepat sasaran, permukiman kumuh, banyaknya gelandangan dan maraknya kejahatan, pencemaran dan kerusakan pada lingkungan, dsb. Dan masih banyak lagi indikasi-indikasi negatif dari kota Jakarta, sehingga ada pula yang mengecap bahwa ibukota lebih kejam dibandingkan ibu tiri.


Pemindahan Ibukota?

Isu tentang pemindahan ibukota kian santer terdengar, tapi apakah ini isu baru? Tidak juga, isu pemindahan ibukota sudah lama ada di negeri ini, bahkan semenjak ada kompeni Belanda di Ibu pertiwi. Menurut Deden Rukmana, dalam tulisannya di Buletin Tata Ruang, fungsi Ibukota Indonesia direncanakan ada di Kota Bandung. Hari ini pun kita masih bisa melihat bagaimana sisa-sisa pembangunan di kota Bandung, seperti adanya perusahaan kereta api, gedung sate, dan pendidikan tinggi di Kota Bandung. Isu pemindahan fungsi pemerintahan juga berada membumi di era presiden Soekarno yang merencanakan memindahkan fungsi ibukota ke Palangkaraya karean posisinya yang berada ditengah-tengah Indonesia. Sayang rencana ini gagal karena beliau sudah terlebih dahulu turun. Di era orde baru, indikasi pembangunan di Jonggol menghembuskan isu pula tentang pemindahan ibukota. Dan sekarang isu ini kembali naik kepermukaan di kepemimpinan presiden SBY dan gubernur Fauzi Bowo karena isu kemacetan di kota Jakarta.

Bagi saya pribadi, memang seharusnya fungsi pemerintahan ibukota harus dipindahkan dari kota Jakarta. Mengapa?  pertambahan jumlah penduduk baik dari kelahiran maupun urbanisasi dan commuter yang tak terkendalikan ini adalah hasil dari aktivitas ibukota yang kian majemuk, sebut saja di DKI Jakarta terdapat fungsi pemerintahan nasional, fungsi ekonomi, fungsi budaya, fungsi pendidikan, dsb. Kita lihat sendiri dalam kacamata kita, hari ini berapa banyak turunan aktivitas dari masing-masing fungsi tersebut? berapa banyak mall-mall baru yang dibangun, berapa banyak apartemen baru, berapa banyak gedung baru, dan sebetapa macetnya kota Jakarta siang dan malam hari. Aktivitas perkotaan ini kian berkembang dan tak terkendalikan padahal lahan dikota Jakarta tetap dan tidak bertambah. Alhasil makin banyaklah kerusakan lingkungan, kerusakan moral, dan kerusakan-kerusakannya lainnya yang mampu kita lihat dari banyaknya masalah ibukota.

Ini Gado-gado, bukan jakarta
Sumber gambar: http://kunthiismu.blog.unissula.ac.id/2014/01/13/gado-gado-my-beloved-indonesian-salad/


Menyelesaikan masalah haruslah tepat sasaran. Selesaikanlah penyakitnya,bukan bukan gejalanya. Kita lihat hari ini pemerintah daerah Jakarta sibuk untuk terus menerus mengatasi gejala, seperti pembatasan kendaraan berdasarkan plat nomornya, perbaikan tanggul dan perbaikan jalan yang melulu rusak, dsb. Namun bagi saya ini tidaklah menyelesaikan masalah. Masalah-masalah yang saya sebutkan sebelumnya hanyalah gejala yang jika penyakitnya tidak diberantas maka akan terus ada penyakitnya.Penyakit atau masalah utama dari kota Jakarta adalah banyaknya aktivitas yang berkembang dan tak terkendalikan, sehingga solusinya adalah mengurangi aktivitas yang ada di dalamnya.

Pertanyaannya kemudian, aktivitas apa yang harus dikeluarkan dari kota Jakarta? Jikalau kita melihat kota-kota ekonomi di dunia seperti kota New York adalah dekat dengan pelabuhan. Mengapa karena pelabuhan adalah tempat bertemunya barang-barang berat yang merupakan hasil produksi dan termasuk dalam kompenen penting ekonomi. Aktivitas yang harus dikeluarkan dari kota Jakarta adalah fungsi pemerintahannya. Permasalahan pembangunan yang tidak merata mungkin pula disebabkan oleh terpusatnya semua di Kota Jakarta dan jauhnya dari pelosok negeri ini. 80% uang beradar di kota Jakarta dan dekatnya fungsi pemerintahan dan fungsi ekonomi juga menjadi magnet tersendiri untuk para pejabat negeri merusak negeri ini dengan tindak korupsi ditambah dengan pengadilan tinggi negeri yang namanya kian hancur.

Yaa, bagi saya pemindahan ibukota adalah salah satu solusi untuk mengurangi permasalah kota Jakarta dan masalah-masalah di negeri untuk pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Pindahkan fungsi pemerintahan, banyak negara yang akhirnya berhasil dengan cara ini, sebut saja Brazil, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Australia, dsb. Walaupun perlu dibangun kajian lebih mendalam tentang dimana lokasi yang tepat untuk fungsi pemerintahan, apakah lokasi baru siap dan bagimana mempersiapkannya, bagaimana untuk mengefektifkan pemindahan ibukota, dan bagaimana mengurangi konflik pemindahan ibukota dan menjadikannya solusi dari permasalahan yang ada. Dana seharusnya bukan masalah, walau memang dibutuhkan dana yang tidak murah namun ini lebih baik daripada terus menerus menghabiskan uang untuk menyelesaikan gejala-gejala kerusakan di kota Jakarta namun tidak menyelesaikan akar dari permasalahan.

Kendalikan dan hentikan aktivitas yang ada di Kota Jakarta atau terus menerus menjadi kota gado-gado-makanan khas Indonesia yang mencampuran sayuran!

Komentar