Garuda & Hari Ibu

Garuda, iya garuda, sosok dalam mitologi hindu yang juga jadi lambang Negara Indonesia. Entah kenapa saat-saat seperti sekarang aku malah pikirkan tentag sosok garuda, kenapa dia yang jadi lambang Negara ini (bukan macan yang sangar atau kucing yang lucu), kenapa dia yang harus kita sematkan di dada tiap-tiap individu di Negara ini.

Aku mulai tulisan ini dengan kilas balik cerita tentang asal-usul  Garuda menurut mitologi hindu

**

Alkisah, hidup seorang guru yang sangat bijaksana, namanya Resi Kasyapa. Saking bijaksananya ia memiliki dua istri, yaitu Kadru dan Winata. Sayangnya kebijaksanaan Resi Kasyapa tidak menular kekedua istrinya, Kadru selalu merasa cemburu terhadap Winata dan berusaha menyingkirkan Winata dari lingkaran keluarganya.

Suatu waktu, Kadru dan Winata bertaruh, apa warna kuda bernama Ucaihswara yang muncul dari tengah samudra. Siapa yang menangkan pertaruhan tersebut, maka ia harus menjadi budak seumur hidup yang harus senantiasa patuh terhadap kehendak dan perintah sang pemenang taruhan. Kadru bertaruh Ucaihswara warnanya hitam,sedangkan Winata bertaruh warnanya putih.

Ditengah taruhan, Kadru mendapatkan informasi dari para naga bahwasanya kuda Ucaihswara berwarna putih dan Kadru akan kalah dalam taruhan. Mengetahui informasi tersebut, Kadru bertindak curang, ia perintahkan para naga untuk menyembur api ketubuh kuda Ucaihswara agar dapat terlihat seperti kuda hitam. Alhasil, ketika kuda Ucaihswara keluar dari samudra menuju kehadapan Kadru dan Winata, warnanya telah berubah menjadi hitam. Winata kalah taruhan dan menjadi budak seumur hidup bagi Kadru.

Winata memilki anak laki-laki bernama Garuda. Garuda tidak tahan melihat ibunya menjadi budak bagi Kadru ditengah jeratan seribu naga disekiling Winata. Pertempuran antara Garuda dan para naga terjadi. Karena kedua pihak sama kuat, kadru berikan syarat kepada Garuda jika ia ingin bebaskan ibunya, yaitu memberikan tirta amertha yang dapat memberikan hidup abadi. Garuda menyanggupi syarat tersebut dengan tekad bebaskan ibunya dari perbudakan. Kadru pun meridhoi perjuangan anaknya.

Mendapatkan tirta amartha tidaklah mudah, Garuda musti bertempur dengan para dewa di surga. Pertempuran panjang terjadi antara garuda dan para dewa. Melihat perjuangan Garuda, para dewa akhirnya sepakat untuk memberikan tirta amertha kepada Garuda. Tentu dengan syarat, yaitu Garuda haruslah menjadi burung tunggangan Dewa Wisnu. Garuda menyanggupi hal tersebut asalkan mampu membebaskan ibunya dari perbudakan.

Dengan tirta amertha, para naga berniat mandi untuk segera mendapatkan keabadian hidup. Bersamaan dengan itu, Dewa Indra yang kebetulan melintas mengambil alih air suci. Dari wadah Kamandalu, tersisalah percikan air pada sisa tali ilalang. Tanpa berpikir panjang, percikan air pada ilalang tersebut dijilati oleh para naga. Tali ilalang sangatlah tajam bagaikan sebuah mata pisau. Tatkala menjilati ilalang tersebut, terbelahlah lidah para Naga menjadi dua bagian. Disisi lain, Kadru telah bebas dari perbudakan Winata dan Garuda menjadi kendaraan bagi Dewa Wisnu.

***

Apa ilham yang kita dapatkan dari cerita ini?  Jangan taruhan? Ya bolehlah (boleh taruhan kalau udah tau jadi pemenang maksudnya ya). Garuda akhirnya menjadi lambang bagi Negara ini. Ia dedikasikan hidupnya untuk bebaskan ibu pertiwi dari jeratan ular naga, dari kadru yang curang, dan relakan dirinya menjadi tunggangan bagi dewa Wisnu. Ini yang kemudian mengilhami para founding father kita untuk menyamakan bangsa ini yang lepas dari perbudakan kolonial agar dapat menjadi bangsa yang sejahtera. Sejahtera ini dilambangkan dengan Dewa Wisnu yang merupakan dewa yang bertugas memilihara dan melindungi segala ciptaan Brahman.

Sayangnya sosok Dewa Wisnu dan Garuda belum ada lagi sekarang, yang melepaskan bangsa ini dari penjahat-penjahat tengik yang menyiksa ibu pertiwi, semoga suatu saat sosok itu datang. Mungkin sosok itu aku, kamu, atau mungkin kita yang jadikan negeri ini jadi lebih sejahtera laksana dirawat oleh Dewa Wisnu.

****

Aku jadi teringat cerita ini setelah kemarin ibuku menelfonku. Kemarin adalah hari ibu dan sungguh keterlaluan aku ini, bukannya aku yang telfon ibuku dan ucapkan selamat hari ibu, tapi malah ibuku yang menelfon aku duluan. Garuda enggak mungkin dapatkan tirta amartha kalau ia tidak direstui oleh ibunya. Begitu juga kita manusia, enggak mungkin kita dapatkan cita-cita kita kalau orang tua tidak ridhoi segala upaya kita.  Hormati orang tua, hormati ibu, dan banggakan mereka suatu saat nanti.

Semoga Tuhan restui perjuangan kita banggakan ibu kita dan ibu pertiwi

Selamat hari ibu, mama ku sayang, terima kasih telah doakan aku seumur hidupmu

Komentar