Hari ini terjadi inflasi, besok?
Juli 2013 terjadi inflasi sebesar 3,29 persen dengan IHK
sebesar144,63 (naik dari bulan juni 2013 sebesar 140.03) . BPS merilis bahwa inflasi
terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks beberapa
kelompok pengeluaran, yaitu:
(A) kelompok bahan makanan 5,46 persen;
(B) kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,55
persen;
(C) kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
0,44 persen;
(D) kelompok kesehatan 0,40 persen;
(E) kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,69 persen;
dan
(F) kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan
9,60 persen.
Terjadinya inflasi berarti kenaikan harga secara keseluruhan.
Kenaikan harga pada bulan juli 2013 ini diperkirakan karena dicabutnya subsidi
BBM pada dan adanya momentum hari raya iedul fitri. Dicabutnya subsidi BBM menyebabkan naiknya
pengeluaran untuk transportasi, logisitik, dan peningkatan harga-harga
(walaupun beberapa harga komoditas telah naik sebelum subsidi BBM dicabut
akibat ekspektasi kenaikan harga BBM). Momentum hari raya iedul fitri
menyebabkan permintaan konsumsi naik. Sialnya lebaran tahun ini terjadi setelah
harga-harga telah naik (Karena pencabutan subsidi BBM), sehingga ketika terjadi
krisis pangan seperti hari ini (dimana penawaran akan komoditas menurun), harga
kembali naik. Wajar sekali jikalau inflasi bulan ini menganggetkan banyak
pihak, bukan hanya masyarakat segala kelas, tapi pula mereka yang sombong bahwa
perekonomian makro Indonesia stabil dan relatif aman dari gejolak global.
Peraga I Trend Inflasi Januari Sampai Juli 2013
Sumber: BPS, 2013
Kondisi dimana harga-harga naik secara keseluruhan ini
semakin diperparah dengan turunnya nilai rupiah terhadap dollar. Turunnya nilai
rupiah terhadap dollar berakibat pada naiknya barang-barang impor. Padahal disisi
lain, terdapat beberapa komoditas pangan yang sengaja diimpor untuk mencukupi
permintaan di dalam negeri akibat lebaran. Namun, pelemahan nilai tukar rupiah
menyebabkan harga yang musti dibayar untuk barang-barang impor tersebut naik.
Hasilnya, komoditas mungkin mencukupi, namun harganya tetap tinggi. Bahkan
malam ini, baru saja saya amati daging sapi impor yang dijual di hypermarket.
Ternyata daging sapi impor kualitasnya tidak lebih baik dibanding kualitas
daging sapi dalam negeri. Kualitas daging sapi impor secara kasat mata memiliki
lemak yang lebih banyak dan tidak lebih segar dengan daging sapi lokal. BULOG
pun mengakui bahwa daging sapi impor tidak membaca keinginan konsumen (lihat: http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/07/18/2/169284/Bulog-Akui-Impor-Daging-tanpa-Baca-Keinginan-Konsumen).
Pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi menandakan
keberhasilan kebijakan ekonomi makro suatu Negara. Hari ini kita dihadapkan
dengan inflasi yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi triwulan II yang menurun
menjadi 5,81 persen. Gelagat ketakutan akan hari setelah lebaran terlihat hari
ini. Bahkan Presiden SBY pun terlihat tidak tenang ketika meminta kalangan
pengusaha untuk tidak melakukan kebijakan PHK (lihat: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/08/03/2122532/Presiden.Minta.Pengusaha.Tidak.Melakukan.PHK).
Pertanyaannya kemudian, kapan kondisi hari ini akan
berakhir. Yang saya amati, pemerintah menganggap enteng adanya inflasi hari ini
dan semuanya akan kembali seperti semula setelah lebaran. Tapi bagi saya tidak.
Prediksi saya, inflasi akan tetap tinggi (walaupun terjadi penurunan). Ada
beberapa faktor yang menyebabkan harga akan bertahan pada tingkat yang tetap
tinggi. Pertama, pelemahan nilai
rupiah terhadap dollar terus terjadi, belum ada tanda-tanda rupiah akan
menguat. Pasar menanti pengurangan stimulus dari Bank sentral AS, The Fed,
ditambah lagi gonjang-ganjing di Negaranya om Obama si anak menteng ini belum
menentu, terutama klaim pengangguran AS mingguan yang memprediksi pengangguran
meningkat dari 343ribu menjadi 345ribu. Ketidakpastian kebijaksanaan yang akan
di ambil oleh The Fed mempengaruhi gejolak pasar yang memungkinkan rupiah terus
melemah. Sekalipun rupiah menurun, penurunannya tidak akan kontras (perlahan)
dalam kisaran waktu 1-2 bulan. Alhasil nilai tukar dollar tetap tinggi dalam
jangka waktu panjang dan mempengaruhi pembayaran perdagangan. Kedua, masih ada momentum tahun ajaran
baru yang berdampak pada kenaikan permintaan. Ketiga, Indonesia masih mengalami krisis pangan pada beberapa
komoditas dan neraca perdagangan seperti yang dirilis oleh BPS mengalami
defisit. Artinya masih ada kebutuhan impor yang cukup besar, terutama impor
pangan. Kebutuhan impor ini dibayar dengan mata uang asing yang nilai tukarnya masih
tinggi. Ditambah lagi gejolak masyarakat menanggapi harga-harga pangan yang
naik akibat, krisis global yang masih melanjut, dan belum meluasnya pasar
ekspor Indonesia untuk menanggulangi defisit perdagangan. Keempat, pengeluaran konsumsi pemerintah diperkirakan akan terus
berlanjut karena masih adanya beberapa proyek pemerintah sampai akhir tahun,
penerimaan CPNS baru pada tahun 2013 yang akan menambah pengeluaran pemerintah,
dan psikologi politik SBY untuk mencitrakan hasil yang positif pada akhir
pemerintahannya memungkinkan jumlah uang yang beredar akan naik.
Peraga II Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar US$
Sumber: http://www.seputarforex.com/, 2013
Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, bahwa
keberhasilan penanganan ekonomi nasional dilihat dari pertumbuhan ekonominya
dan penanganan inflasi. Hari ini pertumbuhan ekonomi Indonesia turun dan
terjadi inflasi. Kita tidak bisa berada dalam keadaan yang tenang-tenang saja
dan menganggap kondisi hari ini akan berakhir setelah lebaran. Semboyan-semboyan kesombongan lalu yang
mengatakan bahwa perekonomian kita stabil, tahan dari gejolak krisis global,
dan masih lebih baik dibanding Negara lainnya harus kita anggap angin lalu. Kondisi
yang tidak enak hari ini harus menampar diri kita hari ini. Pengambilan
kebijakan, sikap, dan tindakan lebih dibutuhkan dibandingkan klaim-klaim omong
kosong belaka.
Komentar