Muda, Beda, dan Berbahaya
“Kami adalah kamu, muda beda dan berbahaya…..”
-Lirik lagu Jika Kami Bersama oleh Superman Is Dead
Sudah lama rasanya tidak menulis, apalagi setelah selesai
mengerjakan tugas akhir HAHA. Sudah tiga minggu dapat gelar sarjana dan
bertambah umur jadi 23 tahun. Ya, usia awak sudah 23 tahun, status mahasiswa
sudah lepas (dan berganti jadi gembel), tapi status anak muda masih bertahan
(dan semoga terus jadi anak muda hehe).
Usia muda katanya usia emas. Benar, saya takjub sekali
dengan anak-anak muda di Mesir yang berhasil menciptakan dua kali revolusi
dalam kurun waktu dua tahun. Revolusi pertama mereka (anak muda mesir) lakukan
untuk menggulingkan rezim otoriter Husni Mubarok. Revolusi pertama anak muda
Mesir ini dilakukan hampir mirip dengan revolusi-revolusi yang dilakukan di
Timur Tengah: via jejaring sosial media! Jejaring sosmed
(fb,twitter,tumblr,dsb) yang terus berkembang ini menjadi “makanan” sehari-hari
anak muda hari ini. “Makanan” anak muda ini tidak di antisipasi dan dikuasai
dengan baik oleh golongan tua otoriter Timur Tengah. Alhasil, metoda inilah
yang menjadi alat meledaknya gelombang revolusi di Negara-negara Timur Tengah,
seperti Mesir, Tunisia, Libya, Yaman, dan Suriah. Revolusi kedua di Mesir terjadi
bulan Juli 2013 dengan menurunkan (walau kata kudeta di Mesir kali ini menjadi
perdebatan: kudeta atau tidak) presiden terpilih Mesir, Muhammad Mursi. Ada
yang katakan ini fakta, ada yang bilang mitos, bahwa revolusi di Mesir di awali
oleh lima orang anak muda yang mengumpulkan tanda tangan sebanyak 22ribu. Lima
orang anak muda ini dikatakan mitos karena tidak diketahui namanya, tapi cerita
yang berkembang menyebut terdapat lima anak muda. Mitos atau tidak, tapi
sekitar 22.000 tanda tangan adalah nyata. Awalnya mereka hanya ingin
mengumpulkan 16.000 tanda tangan (karena pemilih presiden Mursi sekitar 14.000
jiwa), tapi hasil akhir 22.000 tanda tangan yang memulai revolusi kedua di
Mesir adalah fakta bombastis yang dilakukan.
Cerita tentang anak muda yang hebat dan berbahaya seperti
lirik lagu SID ini tidak hanya milik anak-anak muda Timur Tengah. Tulisan ini
saya buat untuk mereka yang di usia muda telah melakukan hal-hal hebat bagi Bangsa,
Negara, ilmu pengetahuan, dan khalayak ramai. Berikut orang-orang yang di usia
mudanya melakukan hal hebat:
The our founding fathers: Soekarno, Hatta, dan Tan Malaka
Soekarno, di usia 25 tahun telah menuliskan buku “Dibawah
Bendera Revolusi” jilid pertama setebal 627 halaman. Bukan jumlah halamannya
saja yang menawan (karena ditulis anak muda dan tebal), tapi tulisan pertama
dengan judul “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” yang paling menarik dan
mungkin paling penting sebagai titik-tolak dalam upaya memahami Soekarno dalam
gelora usia mudanya. Perpaduan tiga ideologi: Nasionalisme, Islamise, dan
Marxisme (yang kemudian disingkat menjadi NASAKOM) adalah suatu mahakarya dan titik-tolak
pemikiran bung Karno membangun bangsa ini dikemudian hari.
Hatta, lahir 12 Agustus 1902, pada tahun 1928 (di usia 26
tahun), membacakan pidato pembelajaannya di Negeri Belanda. Pidato ini berjudul
Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka).
Pidato ini adalah salah satu teks klasik dalam sejarah pergerakan kebangsaan
dan kemerdekaan Indonesia (dalam salah satu edisi khusus majalah Tempo “100
Catatan yang merekam perjalanan sejarah Bangsa”, Indonesia Vrij masuk sebagai catatan ke-58). Hatta memanfaatkan pengadilannya sebagai
panggung untuk menjelaskan kepada Penjajah Belanda, mengapa Indonesia harus dan
pasti akan merdeka. Dalam pidato ini Hatta mengorek ketidakadilan sistem
ekonomi, sistem pajak, dan model pendidikan kolonial.
Tan Malaka, pada usia 28 tahun (ditahun 1925), menulis Naar
de Republiek atau Menuju Indonesia Merdeka. Tulisan ini terbagi atas tiga
bab, yang mengulas tentang situasi politik dunia, kondisi Indonesia, dan garis
perjuangan PKI. Pada subbab terakhir “Halilinter Membersihkan Udara”, Tan
Malaka mengecam kaum terpelajar Indonesia yang menurutnya masa bodoh dengan
perjuangan kemerdekaan. Tulisan ini (katanya) menjadi salah satu referensi bagi
bung Karno dan bung Hatta dalam menulis DBBR dan Indonesia Vrij.
Karl Heindrich Marx
Siapa orang kiri yang tidak mengenal Marx? Marx mungkin
menjelma bagai nabi bagi kaum kiri berideologi marxisme. Marx lahir tahun 1818,
bertemu dengan sobatnya, Friedrich Engels, pada tahun 1840, dan menulis bersama
buku pertamanya “Manifesto Komunis” pada tahun 1848. Manifesto Komunis ditulis
bersama oleh Marx dan Engels saat mereka berusia 30 tahun dan 28 tahun. Buku kedua Marx & Engels ialah “Das
Kapital” yang jilid pertama terbit 1867 dan jilid kedua terbit 1885 (jilid
kedua hanya ditulis oleh Engels, karena Marx meninggal ditahun 1883). Marx dan
Engels adalah seorang pemikir yang mengkritik sistem kapitalisme (akan panjang
kalau dijelaskan disini). Walau beberapa ramalannya tidak terbukti, tapi
karyanya masih menjadi rujukan sampai hari ini. Satu yang hebat dari Marx,
tulisannya bukan hanya mengenai aspek ekonomi, tetapi juga sosial, budaya,
politik, moral, agama, dan falsafah. Bagi saya, Marx adalah salah satu pemikir
ulung yang pernah terlahir didunia ini.
John Maynard Keynes
Kalau ditanya siapa idola saya hari ini, saya jawab,”Keynes!”.
Keynes adalah bapak ilmu ekonomi modern. Lahir 1883, anak dari seorang ahli
ekonomi ternama dimasanya, John Neville Keynes (tapi namanya ayahnya tenggelam
dibawah baying-bayang Keynes junior). Keynes adalah cerminan seorang
cendekiawan tulen, selain ahli dalam ilmu ekonomi, ia juga pintar ilmu
matematika, dan pengetahuan yang mendalam tentang dunia falsafah dan politik.
Bahkan Keynes juga mengerti mengenai dunia sastra, seni lukis, teater drama,
dan tari balet klasik. Mahakarya Keynes, the general theory of employment,
interest, and money, tidak terbit saat usianya muda (terbit tahun 1936, umur
Keynes sekitar 53 tahun). Namun di usia 26 tahun, Keynes sudah menjadi tim
delegasi Inggris dalam melakukan perundingan perdamaian Versailles tahun 1919
dan saat usia 30 tahun sudah menjadi dosen di Cambridge University.
John Stuart Mill
Karena sudah terlalu malam dan mau sahur, ini jadi tokoh
terakhir yang akan saya tulis (padahal mau mengulas tentang Rasulullah Nabi
Muhammad SAW, Paul Samuelson, dan Widjojo Nitisastro yang cemerlang pula di
usia mudanya, tapi apa daya nguaantuk euy haha). Tapi its oke, J.S.Mil pasti
cocok jadi tokoh terakhir dalam tulisan ini *percaya deh sama aku*
J.S.Mill adalah salah satu tokoh dari golongan ekonomi
klasik (pengikut Adam Smith), walaupun diakhir hayatnya ia mengaku sebagai
seorang sosialis. Ayahnya, James Stuart Mill, adalah salah satu ekonom terkenal
pula di masanya, namun sama seperti Keynes, kedua orang tua mereka tenggelam
namanya oleh anaknya sendiri. J.S.Mill adalah orang yang merintis konsep return to scale dan konsep elastisitas
permintaan (yang kedua dikembangkan oleh Alfred Marshall dikemudian hari).
Orang katakana puncak ekonomi klasik terakhir berada pada J.S.Mill, tak heran
karena pada bukunya yang terakhir Principles
of Political Economy ia merangkum seluruh mazhab klasik, mulai dari Smith,
Malthus, Ricardo, dan Say. Buku ini kemudian menjadi buku pegangan bagi
mahasiswa ekonomi hingga akhir abat ke-19.
J.S.Mill saya masukkan sebagai orang yang jaya di usia
mudanya, karena *engingeng*, pada usia tiga tahun sudah menguasai bahasa latin,
umur dua belas tahun sudah mampu menulis tentang sejarah, umur tiga belas tahun
sudah bisa mengoreksi tulisan ayahnya, buku Elements
of Political Economy, usia enam belas tahun mengorganisasikan sebuah
perkumpulan bernama utilitarian society,
dan usia dua puluh tiga tahun menuliskan Essay
on Some Unsettled Questions of Political Economy (terbit tahun 1844, walau
ditulis tahun 1829). Sayang diakhir hayatnya, J.S.Mill menderita penyakit yang
cukup parah yang mencari pelarian kedunia music dan puisi (karena di usia dua
puluh tahun J.S.Mill terlalu banyak belajar).
***
Oke, sebagai penutup (karena sudah ngantuk juga), ada
orang-orang yang di usia hebat bisa melakukan hal besar, lalu kenapa saya, kamu,
kita, yang usia muda tidak bisa melakukan hal yang sama ataupun lebih di usia
yang sama (?). Tapi ingat, jangan sampai enggak nikah-nikah seperti bung Hatta
(menikah usia 40 tahun karena berjanji tidak akan menikah sebelum Indonesia
medeka), jangan jadi gila seperi J.S.Mill, dan jangan jadi homo seperti
J.M.Keynes hehe, daeeennn
Komentar